Adolf Hitler lahir tanggal 20 April 1889 di Gasthof zum Pommer, sebuah penginapan di Salzburger Vorstadt 15, Braunau am Inn, Austria-Hongaria.[8] Ia adalah anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Alois Hitler dan Klara Pölzl (1860–1907). Abang dan kakak Hitler – Gustav, Ida, dan Otto – meninggal saat masih bayi.[9] Saat Hitler berusia tiga tahun, keluarga mereka pindah ke Passau, Jerman.[10] Di sana ia mempelajari dialek Bayern Hilir (bukannya bahasa Jerman Austria), dan dialek ini menjadi ciri khas gaya bicaranya seumur hidup.[11][12][13] Tahun 1894, keluarga mereka pindah lagi ke Leonding (dekat Linz), dan pada Juni 1895, Alois menetap di sebuah lahan kecil di Hafeld, dekat Lambach, tempat ia bertani dan beternak lebah. Adolf bersekolah di kota tetangga, Fischlham. Hitler mulai suka mempelajari perang setelah menemukan buku bergambar tentang Perang Prancis-Prusia milik ayahnya.[14][15]
Perpindahan mereka ke Hafeld merupakan awal dari konflik ayah-anak yang intens akibat Adolf menolak mematuhi peraturan ketat di sekolahnya.[16] Usaha pertanian Alois Hitler di Hafeld gagal dan pada tahun 1897 mereka pindah ke Lambach. Hitler yang masih berusia 8 tahun mengikuti les menyanyi, bernyanyi dengan paduan suara gereja, dan bahkan sempat mempertimbangkan diri untuk menjadi pendeta.[17] Tahun 1898, keluarga mereka pindah permanen ke Leonding. Kematian adiknya, Edmund, akibat cacar pada 2 Februari 1900 sangat mempengaruhi kehidupan Hitler. Ia berubah dari sosok yang percaya diri, mudah bergaul, dan pintar, menjadi bocah yang murung, menarik diri, dan cemberut yang sering bertengkar dengan ayah dan gurunya.[18]
Ayah Hitler, Alois Hitler (1837–1903), adalah anak tidak sah dari Maria Anna Schicklgruber. Catatan baptis tidak menyebutkan nama ayah Alois, sehingga Alois memakai nama belakang ibunya. Pada tahun 1842, Johann Georg Hiedler menikahi Anna. Setelah Anna meninggal dunia tahun 1847 dan Johann tahun 1856, Alois dibesarkan di keluarga adik Hiedler, Johann Nepomuk Hiedler.[1] Pada tahun 1876, Alois disahkan dan catatan baptisnya diubah oleh seorang pendeta di hadapan tiga saksi mata.[2] Saat diadili di Nuremberg tahun 1945, pejabat Nazi Hans Frank menyebut keberadaan surat-surat yang mengklaim bahwa ibu Alois bekerja sebagai pembantu rumah tanga untuk sebuah keluarga Yahudi di Graz dan bahwa putra keluarga tersebut yang berusia 19 tahun, Leopold Frankenberger, merupakan ayah Alois.[3] Akan tetapi, tidak ada nama Frankenberger yang tercatat di Graz pada masa itu dan catatan keluarga Leopold Frankenberger tidak pernah dibuat.[4] Para sejarawan meragukan klaim bahwa ayah Alois adalah seorang Yahudi.[5][6]
Pada usia 39 tahun, Alois memilih nama belakang "Hitler", bisa dieja "Hiedler", "Hüttler", atau "Huettler". Asal kata namanya adalah "seseorang yang tinggal di rumah" (Jerman Standar Hütte), "penggembala" (Jerman Standar hüten "menjaga", Inggris "heed"), atau dari bahasa Slavik Hidlar dan Hidlarcek.[7]
but there is more , here-
Adolf Hitler (bahasa Jerman: [ˈadɔlf ˈhɪtlɐ]; 20 April 1889 – 30 April 1945) adalah seorang politisi Jerman dan ketua Partai Nazi (bahasa Jerman: Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP); Partai Pekerja Jerman Sosialis Nasional) kelahiran Austria. Ia menjabat sebagai Kanselir Jerman sejak 1933 sampai 1945 dan diktator Jerman Nazi (bergelar Führer und Reichskanzler) mulai tahun 1934 sampai 1945. Hitler menjadi tokoh utama Jerman Nazi, Perang Dunia II di Eropa, dan Holocaust.
Hitler adalah veteran Perang Dunia I dengan banyak gelar. Ia bergabung dengan Partai Pekerja Jerman (pendahulu NSDAP) pada tahun 1919, dan menjadi ketua NSDAP tahun 1921. Tahun 1923, ia melancarkan kudeta di Munich yang dikenal dengan peristiwa Beer Hall Putsch. Kudeta yang gagal tersebut berujung dengan ditahannya Hitler. Di penjara, Hitler menulis memoarnya, Mein Kampf (Perjuanganku). Setelah bebas tahun 1924, Hitler mendapat dukungan rakyat dengan mengecam Perjanjian Versailles dan menjunjung Pan-Jermanisme, antisemitisme, dan anti-komunisme melalui pidatonya yang karismatik dan propaganda Nazi. Setelah ditunjuk sebagai kanselir pada tahun 1933, ia mengubah Republik Weimar menjadi Reich Ketiga, sebuah kediktatoran satu partai yang didasarkan pada ideologi Nazisme yang totalitarian dan autokrasi.
Tujuan Hitler adalah mendirikan Orde Baru hegemoni Jerman Nazi yang absolut di daratan Eropa. Sampai saat itu, kebijakan luar dan dalam negerinya bertujuan mencapai Lebensraum ("ruang hidup") bagi kaum Jermanik. Ia memerintahkan Jerman dipersenjatai kembali dan Wehrmacht menginvasi Polandia pada bulan September 1939, menyebabkan pecahnya Perang Dunia II di Eropa. Di bawah pemerintahan Hitler, pada tahun 1941 pasukan Jerman dan sekutu Eropanya menduduki sebagian besar Eropa dan Afrika Utara. Tahun 1943, Jerman harus mempertahankan wilayahnya dan mengalami serangkaian kekalahan dalam pertempuran. Pada hari-hari terakhir perang, saat Pertempuran Berlin berlangsung tahun 1945, Hitler menikahi kekasih lamanya, Eva Braun. Tanggal 30 April 1945, kurang dari dua hari kemudian, keduanya bunuh diri agar tidak ditangkap Angkatan Darat Merah, lalu mayat mereka dibakar.
Kebijakan Hitler yang supremasis dan termotivasi oleh ras mengakibatkan kematian sekitar 50 juta orang selama Perang Dunia II, termasuk 6 juta kaum Yahudi dan 5 juta etnis "non-Arya" yang pemusnahan sistematisnya diperintahkan oleh Hitler dan rekan-rekan terdekatnya.
this is was important history that you must to know
Ratu Wilhelmina dalam pidatonya pada 17 September 1901 mengungkapkan bahwa Pemerintah Belanda memiliki panggilan moral kepada kaum pribumi dan kemudian lahirlah Politik Etis yang dituangkan dalam Trias Van Deventer yang meliputi :
Irigasi yaitu dengan membangun serta memperbaiki engairan dan bendungan untuk keperluan bidang pertanian.
Edukasi, yaitu penyelenggaraan pendidikan bagi pribumi
Migrasi, yaitu memindahkan kepadatan penduduk di Jawa ke daerah lain
Adapun latar belakang dari kebijakan pintu terbuka yaitu :
Perubahan Politik di Belanda
Di tahun 1850 politik di Belanda dimenangkan oleh partai liberal dan kemudian menyebabkan sistem pemerintahan Belanda berubah menjadi sistem liberalis. Karena sistem liberalis tidak bisa lepas dari para pemilik modal, maka perekonomian digerakkan dengan sistem kapitalisme.
Adanya pengaruh revolusi industri
Penerapan Politik Terbuka
Adapun penerapan politik terbuka yaitu munculnya pabrik – pabrik baru milik swasta yang mulai menjamur di Indonesia seperti Pabrik tembakau di Deli, Besuki dan Kediri, Pabrik tebu dai Batavia, Semarang dan lain – lain, pabrik kina di Jawa Barat, Pabrik teh di Jawa Barat dan Sumatera dan lain sebagainya. Dampak dari penerapan pintu terbuka ini bmenjadikan Belanda semakin makmur dan penderitaan bagi rakyat Indonsia.
Eksploitasi Manusia
Ekploitasi manusia yang dimaksud adalah pengerahan manusia yang dilakukan dengan tipudaya, paksaan, ketidakadilan serta kesewenang – wenangan yang dialami pribumi di perkebunan baik milik Belanda maupun swasta asing. Pada masa ini muncul sebutan Koeli (buruh) dan Ordernemer (pemilik perkebunan). Dalam menerapkan eksploitasi manusia, pemerintah Belanda memberlakukan aturan Koeli Ordonantie 1881 yang menjamin pemilik perkebunan dapat memperoleh, mempekerjakan serta mempertahankan kuli di perkebunan mereka sesuai kebutuhan. Para pribumi diwajibkan bekerja dari pagi hingga sore dengan membuka lahan, dan upah serta makan dan juga tempat tinggal jauh dari kata layak. Rakyat Jawa juga ada yang dipekerjakan di Suriname dan Guyana Belanda untuk bekerja di perkebunan milik Belanda. Tidak sedikit para pekerja melarikan diri, namun Belanda telah membuat aturan dengan istilah Poenal Sanctie yaitu hukuman bagi para pekerja yang melarikan diri berupa denda, disekap, ditelanjangi, kerja paksa tanpa upah serta ada yang dibunuh.
Eksploitasi Agraria
Yang dimaksud disini adalah memaksimalkan penggunaan lahan – lahan produktif di Indonesia dengan melakukan pembukaan lahan kosong untuk perkebunan dan pertambangan yang dikerjakan oleh pribumi.Tanah yang dimaksud dibagi menjadi tiga yaitu :
Tanah yang dikuasai langsung (bumi narawita)
Tanah hadiah
Tanah mancanegara yang dikuasai bupati
Reaksi Terhadp Kebijakan Pintu Terbuka
Akibat adanya politik pintu terbuka, banyak reaksi serta kritikan dari berbagai pihak. Para kaun humanis menentang praktek ekploitasi oleh kolonial Belanda. Hal ini memicu Theodore van Deventer mengkritik kebijakan Belanda dan menuntut untuk memperhatikan serta mensejahterakan masyarakat pribumi. Kritik ini kemudian dikenal dengan Politik Etis atau Politik Balas Budi.
Kebijakan tersebut dalam pelaksanaannya di lapangan seringkali tidak sesuai dengan ketentuan. Bagi Belanda, dengan diberlakukannya sistem tanam paksa inilah kesempatan untuk mengeruk keuntungan sebesar – besarnya. Kas Belanda pun mengalami surplus. Namun diberlakukannya sistem ini mendapat kritikan dari berbagai pihak. Salah satu yang mengkritik adalah Eduard Douwes Dekker. Akibat adanya keritikan berbagai pihak, kemudian pada 1870 sistem tanam paksa dihapus dan dikeluarkan UU Agraria (Agrarische Wet) dan UU Gula (Suiker Wet). Adapun tujuan dari UU Agraria adalah :
Meindungi hak milik petani atas tanahnya sendiri dari penguasa asing
Memberi peluang kepada pemodal asing untuk dapat menyewa tanah kepada pribumi Nusantara
Membuka peluang kepada pribumi untuk bekerja menjadi buruh perkebunan
Sedangkan UU Gula sendiri bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada pengusaha gula untuk mengambil alih pabrik gula milik pemerintah Belanda.
Berikut ini adalah poin – poin penting pemberlakuan sistem tanam paksa
Pribumi diwajibkan menyisihkan 1/5 tanahnya untuk ditanami tanaman ekspor
Untuk pribumi yang tidak memiliki tanah, maka diwajikan untuk bekerja kepada Belanda selama 66 hari
Kelebihan hasil produksi Belanda dikembalikan kepada rakyat
Kerusakan akibat gagal panen sepenuhnya dibebankan kepada rakyat
Pengawasan dan penggarapan lahan dilakukan dan sampaikan melalui kepala desa
Adanya perang melawan Perancis serta hutang VOC menyebabkan kekosongan kas Belanda. Kemudian dikirimlah Van der Capellen (1816 – 1826) untuk menjabat sebagai Gubernur Jenderal di Nusantara dengan tugas utama mengekploitasi kekayaan nusantara guna mengisi kos Belanda yang kosong. Setelah Van Der Capellen lalu dilanjutkan oleh de Gisignies (1826-1830). Karena ketidak adilan serta kesewenang – wenangan mengakibatkan munculnya perlawanan – perlawanan oleh para pribumi, diantaranya :
Perang Saparua (1817)
Perlawanan Sultan Palembang (1818-1825)
Perang Diponegoro (1825-1830)
Perang Padri (1815-1838)
Perang Bone (1824)
Adanya perlawanan – perlawanan tersebut mengakibatkan terkurasnya kas Belanda. Kemudian Belanda mengirim Johannes van Den Bosch untuk menyelamatkan kas negara dari kebangkrutan. van Den Bosch kemudian memberlakukan kebijakan peningkatan produksi tanaman ekspor dengan sistem tanam paksa
Setelah Inggris mampu menguasai pulau Jawa, Raffles kemudian ditunjuk untuk menjadi Gubernur di Jawa. Kebijakan – kebijakan Raffles diantaranya
Menghapus sistem Perangerstelsel, kerja paksa, dan menghentikan perdagangan budak
Membebaskan rakyat dalam melakukan penanaman
Menghapuskan sistem pajak hasil bumi (Contingenten)
Menerapkan sistem tanah sebagai milik pemerintah sedangkan petani sebagai pengarap
Pemberlakuan pajak tana
Pengangkatan Bupati sebagai pegawai pemerintahan dan menetapkan jabatan Bupati diwariskan turun temurun
Membagi pulau Jawa menjadi 16 Karesidenan
Membentuk sistem pemerintahan yang serupa dengan sistem pemerintahan di negara Inggris
Adapun hambatan pemberlakuan kebijakan – kebijakan yang dilakukan oleh Inggris diantaranya :
Terbentur adanya budaya dan tradisi Jawa
Belum adanya kepastian hukum atas tanah
Uang belumsepenuhnya berlaku di Jawa sebagai alat pembayaran pajak
Singkatnya masa pemerintahan Raffles
Kekuasaan Raffles hanya sampai 1814 setelah Perancis kalah oleh Rusia, Prusia, Austria dan Swedia dalam pertempuran Leipzig pada tahun 1813. Imbasnya negara Belanda memerdekakan diri dan berhak kembali atas tanah jajahan terdahulu yang tertuang dalam Konvensi London.